As-syaikh Zakariya Al-Anshory berasal dari desa
Khajraj, As-syaikh Yang namanya tidak asing ditelinga para santri ini datang
menuntut ilmu ke Mesir, tepatnya di Univesitas terbesar Mesir Al-Azar, ketika
berusia 18th.
Tentang perjalanan hidupnya sejak mulai datang
kemesir hingga akhir hayatnya , telah diceritakan kepada murit kesayangannya
Syekh Sya’roni.
“Apakah kamu mau, aku ceritakan
perjalanan hidupku mulai awal hingga akhir, supaya keilmuanmu menjadi dalam
sehingga tercatat dalam benakmu seolah-olah kamu hidup bersamaku sejak awal
hidupku?”
“tentu saja wahai guruku…” jawab
Syekh Sya’roni
“Aku datang dari kampungku, menuju
Al-Azhar, saat itu aku adalah pemuda yang lugu, belum ada tempat yang aku
singgahi dan tak seorangpun memperhatikanku”
Begitu AS-SYAIKH Zakariya Al-Anshori memulai
hikayah hidupnya kepada Syekh Sya’roni.
"Keadaan semacam itu tidak
membuatku surut untuk memperdalam ilmu keislaman.Ibarat orang minum air laut,
semakin aku meminumnya aku semakin haus dan seperti mau meraih semuanya".
Lanjut Syekh agung ini yang disimak khusyu' murid
sejatinya.
"Suatu malam, aku lupa kapan itu
terjadi, aku keluar mengambil kulit semangka yang tergeletak hina di samping
tempat wudlu. Aku mencucinya dan makan rizki yang bagiku itu sangat berarti.
Rupanya kebiasaan orang miskin yang aku jalani ini diketahui oleh seseorang
yang kemudian aku ketahui bekerja di tempat penggilingan gandum. Mungkin karena
iba dengan nasibku, tapi yang pasti beliau sangat baik dan berjasa dalam hidupku,
orang itu membelikan aku semua kebutuhanku dari buku-buku dan pakaian.”
"Zakaria, jangan pernah meminta
sesuatu kepada siapapun. Apapun yang kamu perlukan akan aku penuhi"
Demikian ucap orang mulia ini suatu ketika.
Hal ini berlangsunkag bertahun-tahun. Hingga suatu
ketika di malam yang sepi, ketika orang-orang sedang tidur, tiba-tiba sang
dermawan itu mendatangiku
"Bangunlah”,
Begitu ucapnya kepadaku..
Aku berjalan mengikuti langkah-langkahnya dan
berhenti di suatu tangga tempat bahan bakar. Tangga itu lumayan tinggi. Di
tengah pikiranku yang berkecamukmengapa aku dibawa ke tempat ini tiba-tiba
orang mulia itu berkata kepadaku:
"Naiklah "
"Naik tangga ini ?"
Aku bertanya dalam bimbang.
"Ya, naikilah tangga itu. "
Aku mendaki tangga itu dengan pelan dan terus
berpikir apa makna semua ini. Orang tua asuhku itu terus bilang, "Ayo
terus naik, terus ".
Setelah aku sampai di puncak beliau berkata :
"Kamu akan tetap hidup sementara
semua kawan sezamanmu telah mati. Kamu akan unggul melebihi semua ulama Mesir.
Murid-muridmu akan menjadi guru-guru besar. Inilah yang terjadi dalam
kehidupanmu hingga tertutup penglihatanmu".
"Berarti aku akan menjadi
buta?"
dalam benakku terucap…
Beliau melanjutkan kata-katanya, yang seolah
membrondong dekup dadaku..
"Sabarlah itu sudah menjadi
suratan wajib bagimu".
Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu beliau
lagi, ujar cerita Imam Besar ini kepada santri kesayangannya Syekh Sya’oni.
SYEIKH ZAKARIA, AKTIVITI KEILMUAN DAN KESUFIAN .
Secara konsisten Syekh Zakaria belajar, mengaji
di Al-Azhar, Beliau mendengarkan pengajian para Ulama, para Ahli fikih serta
para Ahli tasawwuf secara khusus.
Hingga akhirnya beliau menjadi seorang tokoh
central fikih dan tasawwuf. Bagi sufi agung ini waktu mempunyai arti yang
sangat besar. Dalam hal ini, Syekh Sya'roni berkata:
"Saya telah melayani beliau
selama 20 tahun. Sungguh saya tidak pernah mendapatkan dirinya lupa sedikitpun.
Beliau tidak pernah melakukan suatu pekerjaan yang tidak ada artinya, baik
siang maupun malam”.
Seiring dengan perjalanan usia-nya, beliau selalu melakukan shalat
sunnah secara sempurna. Beliau berkata:
"Saya tidak ingin diri ini
kembali menjadi seorang pemalas".
Apabila beliau didatangi oleh seseorang yang
banyak omongnya, beliau akan langsung berkata:
"Kamu telah menyia-nyiakan waktu
kita".
Dalam waktu yang cukup lama beliau selalu
menyempatkan diri untuk berdiam diri dalam sebuah Khanqah saidus suada' (tempat
berkontemplasi dan bertafakurnya Para Sufi).
"Sejak kecil saya telah menyukai
Thariqah kaum sufi. Kesibukanku selalu aku isi dengan membaca buku-buku mereka
dan mengambil pelajaran dari tingkah laku mereka, serta berkumpul dengan para
ahli tasawwuf" demikian Syekh Zakaria berujar
kepada Syekh Sya’roni suatu ketika.
Dalam Khanqah ini beliau selalu berkumpul dengan
Para Ahli sufi untuk mengambil manfaat dari ilmu mereka. Demikian juga mereka
mengambil manfaat ilmu beliau dalam fikih dan syariat. Kehidupan beliau di
dalam Khonqoh banyak mempengaruhi beberapa karyatulis beliau, seperti Syarah
Risalah Al-Qusyairy ( dalam ilmu Tasawwuf), Qowaid sufiah ( dalamm kaedah-kaedah
para Sufi), serta catatan pinggir/ Hayiah beliau dalam kitab Tafsir Baidlowi.
Kiranya sangat bermanfaat di sini untuk mengetahui sejarah khanqah saidus
suada'.
Tempat itu adalah pertama kali yang didirikan di
Mesir. Sekaligus merupakan tempat untuk berkontemplasi Syekh Zakaria untuk
waktu yang lama. Syekh Zakaria telah mempersiapkan dirinya di khanqah saidus
suada' untuk menulis beberapa karangannya yang besar, sebut saja misalnya:
Syarh Bukhari. Kadang-kadang beliau menyuruh
muridnya Syekh Sya'roni untuk membantu menulis.
Syekh Sya'roni berkata:
"Tulisan saya bagus".
Dia menambahkan,
"Apabila saya duduk dengan beliau,
seolah-olah saya duduk dengan para raja yang shalih yang arif. Mufti besar
Mesir, para Pangeran dan Pembesar ketika duduk di hadapan beliau seperti
anak-anak kecil dihadapan orangtuanya".
KAROMAH AS-SYAIKH ZAKARIYA AL-ANSHARY
Raja Al-Ghoury suatu ketika marah karena satu
peristiwa. Ketika dia tahu akan kedatangan Syekh Zakariya untuk menyelesaikan
masalah ini, dia memerintahkan supaya di depan rumahnya dipasang rantai. Ketika
Syekh Zakariya melihat ada rantai, beliau memotong rantai tadi dengan kertas
yang ada di tanganya. Selanjutnya beliau masuk bersama para penduduk. Tertulis
dalam biografi beliau, bahwa permulaan "Kasyf" (tersingkapnya rahasia
ilahi) muncul setelah beliau mengarang Kitab Syarah Bahjah, di mana orang-orang
tercengan seakan berkata tidak mengakui bahwa itu merupakan karangan beliau.
Mereka menulis kitab Al-A'ma wal Bashir sebagai komentar dan celaan terhadap
beliau. Dalam kitab ini Syekh Zakaria bercerita :
"Aku adalah orang yang doanya
selalu dikabulkan. Setiap aku mendoakan seseorang,maka doa permohonan itu pasti
diterima".
"Waktu itu aku sedang i'tikaf di
sepuluh hari terakhir bulan ramadhan di Masjid al-Azhar, demikian beliau
melanjutkan kisah Kasyaf –nya, tiba-tiba aku didatangi seorang pedagang dari
Negeri Syam.
"Mata saya telah buta," kata orang itu
memulai kata-katanya,
"orang-orang menunjukkan saya
agar datang kepadamu wahai Syekh, doakan saya supaya penglihatan saya
dikembalikan"
Kemudian saya berdoa kepada Allah memohon supaya
penglihatannya dikembalikan.
"Kalau penglihatanmu
dikembalikan, kamu harus meninggalkan negeri ini". Begitu aku katakan
kepadanya,
Karena dalam kasyf-ku ia sembuh dalam sepuluh
hari, karena aku takut jika dia sembuh di Mesir, dia akan cerita pada orang
banyak. Maka pergilah pedagang tersebut dan dikembalikan penglihatannya di Gaza
(Palestina).
Setelah sembuh dia mengirim surat dan saya
membalasnya.
"Jika engkau kembali ke Mesir,
maka kamu akan buta lagi",
Dan demikianlah, dia terus menetap di Al-Quds,
sampai akhirnya mati dalam keadaan tidak buta.
Syekh Sya'roni bercerita :
"Suatu hari aku mengaji pada
beliau Syarh Bukhori. Di tengah-tengah aku membaca, beliau berkata padaku.
"Cukup, ceritakan padaku mimpimu malam ini".
Memang aku telah bermimpi aku bersama Syekh
Zakaria dalam suatu kapal yang layarnya dari sutra, tampar dan permadaninya
dari sutra hijau tipis, ada banyak balai-balai dan bantal dari sutra. Di situ
aku melihat Imam Syafi'i duduk dan Syekh Zakaria di sampingnya. Kapal ini terus
berjalan dan berhenti di pulau bak hati ikan yang sangat Indah. Ada perkebunan,
buah buahan dan wanita-wanita cantik.
Selesai aku bercerita Syekh Zakaria berkata:
"Kalau mimpimu ini benar, maka
aku akan dimakamkan di samping Imam Syafi'i radiallahu 'anhu."
Ketika Syekh Zakaria meninggal, para muridnya
telah menyiapkan makam untuk beliau di Bab Nasr, lalu kawan Sya'roni yang tahu
tentang mimpinya barkata:
"Wahai Sya'roni, mimpimu bohong".
Pada saat itu datanglah utusan dari Pangeran
Khair Bik (wakil raja) sambil berkata:
"Raja sekarang ini sedang sakit dan tidak
mampu datang ke sini. Raja memerintahkan kalian untuk membawa Syekh Zakaria ke
medan Qal'ah untuk dishalati di sana".
Setelah selesai shalat, Khair Bik berkata :
”Makamkan saja Syekh Zakaria di
pemakaman Syekh Najmuddin Al-Khayusyani di depan makam Imam Syafi'i".
As-Syaikh Zakariya Al-Anshori telah kembali
kerahmatulloh pada bulan Dzulhijjah tahun 926 H.