Diantara
adab tatakrama masuk masjid adalah melafalkan doa yang akan kami sampaikan
berikut. Karena dimungkinkan, adanya beberapa orang yang mencari dasar yang dijadikan
dalil untuk melakukan amalaliyah ini, atau seseorang yang disukakan dengan
kajian ilmu agama islam maka saya tuliskan berikut refrensi kitab. Hal ini
menjadi penting, selain mengikuti tindak lampah Nabi ﷺ juga
merupakan adab tatakrama ketika akan memasuki tempat yang suci, masjid. Disini
saya hanya menyampaikan dzikir yang dilafalkan setelah sampai dimasjid, berikut
ḫal-iḫwal yang berlaku dikalangan Ulama
salafunā ash-Shālih, dan saya meninggalkan pembahasan
dzikir yang dilafalkan ketika keluar dari rumah secara umum. Pikir-ku, ini akan
menjadi pembahasan yang panjang dan menjemukan para pembaca yang dirahmati
Allah subhanaHu wata’ala.
Perlu
diketahui bagi siapapun Umat Islam setelah membaca ini dianjurkan dengan sangat
agar mengamalkannya minimal sekali dalam seumur hidup sebagai bukti tidak
adanya gegampang (istihanah) atas pengetahuan yang telah diketahuinya. Pembahasan
yang penulis maksud adalah sbb:
1. Dzikir ketika keluar
dari rumah untuk menuju kemasjid.
Dari
riwayat Ummu Salamah radliyalLāhu ‘anhā. Nama sebenarnya adalah Hindun. Sungguh,
Nabi Muhammad shallalLāhu ‘alaihi wasallam ketika keluar
dari rumah, beliau ﷺ melafalkan dzikir sbb:
بِاسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اَللَّهُمَّ إنِّيْ أَعُوْذُ
بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظلِمَ أَوْ
أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
Dibaca:
BismikalLāh, tawakkaltu ‘alalLāh, Allāhumma
innī a’ūdzubika
an adlalla aw udlal, aw azilla aw uzal, aw adzlima aw udzlam, aw ajhala aw yujhala
‘alayya.
Artinya: Semata-mata dengan pertolongan asma Allah (Yang Agung), aku
bertawakal hanya kepada Allah. Ya Allah, sungguh aku ber-isti’adzah –berlindung
supaya tidak tertimpa sesuatu- dengan (pertolongan) Mu dari menyesatkan dan
disesatkan, menghilangkan dan dihilangkan, menzalimi dan dizalimi, serta aku
berlindung kepada-Mu dari membodohi dan dibodohi.
Doa
ini dapat dilihat diantaranya dalam al-Adzkār
Imamunā an-Nawawi rahimalLāh, pada Juz; I, shaḫifah;
27. Sbb:
Saya
tidak mengurangi & menambahi, seperti yang dikatakan oleh Imāmunā an-Nawāwi rahimahulLāh “hadits ini shaḫih, dari riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasāi dan juga diriwayatkan
oleh Ibnu Majah”. Imāmunā an-Nawawi rahimahulLah juga meriwayatkan perkataan
at-Tirmidzi tentang hadits ini. Beliau mengatakan “hadits ini shahih” begitujuga dalam riwayat Abu
Dawud dengan lafal “an adlilla aw udlal aw azilla aw
uzall” begitujuga
riwayat-riwayat lain yang menggunakan lafal tauhid.
Dalam riwayat at-Tirmidzi
menggunakan lafal “a’ūdzbika min an azilla wa kadzālika
nudlalla wa nudzlama wa najhal” dengan lafal
jamak. Dari riwayat Abu Dawud dengan menggunakan lafal “mā kharaja..” rasulullah ﷺ tidak pernah keluar dari kediama-ku (Ummu
Kultusm; istri rasul ﷺ) kecuali dengan mengangkat pandangan beliau ke-langit
seraya melafalkan doa isti’adzah “allāhumma innī a’udzubika” Dalam riwayat lain dengan menggunakan lafal “Jika beliau ﷺ keluar dari kediaman beliau melafalkan doa
sebagaimana yang kami riwayatkan diatas”. walLāhu a’lam.
PENTING!!!
Kenapa kita dianjurkan membaca doa
ataupun dzikir dalam segala hal, termasuk diantaranya yang sudah saya sampaikan
diatas. Mari kita lihat berikut penjesalan beberapa riwayat hadits dimana setan
tidak diberikan kemampuan oleh Allah subhanaHu wata’ala untuk menjerumuskan
dalam kemaksiatan dan memberikan kemadlaratan.
باسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ على الله، لا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاَّ
باللَّهِ، يُقالُ لهُ: كُفِيتَ، ووُقيت، وَهُدِيتَ؛ وتَنَحَّى عنهُ الشيطانُ
Imāmunā an-Nawawi meriwayatkan hadits
nabi ﷺ dalam Sunan
Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sutnan an-Nasāi dan Ulama perawi hadits
selainnya. Mereka meriwayatkan dari sahabat Anas radliyalLāhu ‘anh, bahwa dia berkata Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Siapa yang
ketika keluar rumah dari dan dengan melafalkan dzikir:
بِاسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى
اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلاَّ باللَّهِ، يُقالُ لهُ: كُفِيْتَ، ووُقِيْتَ،
وَهُدِيْتَ؛ وتَنَحَّى عَنْهُ الشَّيْطَانُ
Dibaca:
BismilLāh, tawakkaltu ‘alalLāh, lā ḫawla walā
quwwata illā bilLāh
Artinya:
"Dengan pertolongan asma (Agung)
Allah subḫanaHu wata’ala,
aku bertawakal kepada Allah. Tiada daya upaya pun kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah subḫaHu
wata’ala.
Maka kepadanya dikatakan “engkau
telah dicukupkan, diamankan (lihat makna waqā pada qamus Mu’jam al-Ghanī), dan engkau telah dihidayahi, dan diselamatkan dari setan"
Lebih spesifik dari tambahan kata
riwayat Abu Dawud “fa yaqūlu”
yakni setan berkata (dengan pertanyaan yang bermakna keputus-asaan) kepada
setan yang lain “bagaimana menurutmu jika seseorang telah anugrahi hidayah,
dicukupkan dan dianugrahi aman oleh Allah subḫānaHu wata’ala? Dekimian saya kira sudah maklum,
seberapa pentingnya berlindung (isti’adzah)
kepada Allah subhanaHu wata’ala dengan kalimat-kalimat tauḫid dari godaan setan yang terkutuk. walLahu a’lam.
Keterangan
ini saya sarikan dari kelanjutan al-Adzkar Imam Nawawi diatas, dari teks hadits sbb:
Adab
Tatakrama Ketika Sampai Di Masjid & Doa Ketika Sampai Dipintu Masjid
Sebelum
sampai pada bab ini, perlu dijelaskan bahwa masjid adalah tempat yang suci. Alangkah
baiknya dijaga kesuciannya ketika menginjakkan kaki ke masjid, anak-anak kecil
juga harus diperhatikan supaya ketika tanpa alaskaki dilarang untuk
menginjakkan kakinya kemasjid tanpa disucikan terlebih dahulu. Sesampai dipintu
masjid kalaw masjidnya dua lapis pintu yang dimaksud adalah pintu serambi
masjid biasanya orang-orang Indonesia khususnya jawa tanah serambi masjid
diikutkan masjid karena termasuk tanah yang diwakafkan untuk masjid. Jika demikian
maka ketika sampai pada pintu serambi dianjurkan melafalkan doa masuk masjid. Doa
tersebut adalah sbb:
أَعُوْذُ بِالله الْعَظِيْمِ، وَبِوَجْهِهِ
الْكَرِيْمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ؛ اَلْحَمْد
لِلَّهِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ؛ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ، وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Dibaca:
A’ūdzubilLāhil ‘adzīm, wa biwajhihil karīm, wasulthānihil qadīm, minasy syaithānir rajīm. alḫamdulilLāh, allāhumma shalli ‘alā syyidinā muhammdin wa āli sayyidinā Muhammad, allāhummaghfir lī dzunūbī waftaḫlī abwāba rahmatik.
Artinya:
Aku berlindung dengan kekuasaan Allah
Yang Maha Agung, dan dengan wajah-Nya Yang Karīm (kalimat yang memungkinkan makna tasyabuh Allah kepada makhluk
seperti wajah, tangan dan lain seterusnya wajib dita’wil) dan dengan
kekuasaanNya yang qadim dari godaan setan yang terlaknat. alhamdulilLāh. Segalapuji bagi Allah. Semoga shalawat ma’as salam atas penghulu
kami Muhammad ﷺ berikut keluarga-nya. Ya Allah, ampunilah
untukku dari dosa-dosaku, dan bukakanlah pintu rahmat-Mu untuk-ku.
Adapun
refernsi hadits dapat dilihat pada gambar berikut yang sengaja saya nukil dari kitab yang sama dengan kitab diatas pada bab memasuki masjid:
WalLāhu a’lam.
Kemudian setelah melafalkan dzikir
& doa diatas dianjurkan (sunah) melangkahkan kaki kanan dahulu pada batas
pintu masjid. Setelah itu membaca niat ‘itikaf supaya memperoleh keutamaan ber’itikaf
didalam masjid. Kemudian melakukan shalat dua rakaat, yaitu shalat tahiyyatal
masjid. Setelah itu baru melakukan amalan-amalan atau dzikir yang lain termasuk
memperbanyak shalat sunah mutlak, membaca al-Qur’an, shalawat dan lain
seterusnya baik amalan ibadah sunah dan wajib seperti shalat jama’ah.
Wallāhu a’lam. Rasanya kurang afdlal jika sebuah ajakan kebaikan tanpa
diiringi doa kebaikan, demikian sebagaimana yang dilakukan salafunā ash-Shāliḫ. Oleh karenanya semoga saya (penulis) dan juga para pembaca yang
dirahmati Allah subhanaHu wata’ala mendapatkan hidayah dalam setiap langkah
dimana kaki menginjakkan tanah.
Jika berkenan anda juga boleh
membaca keterangan terkait, yaitu: