Di sebagian masyarakat terbangun suatu tradisi
yang menarik saat menyelenggarakan walimah kemanten, khitanan atau ulang tahun,
yang mana para tetangga atau sahabat dan handai taulan mendatangi undangan
acara tersebut dengan membawa dan memberikan kado atau uang “buwuhan” (istilah
jawa) kepada kemanten atau penyelenggara.
Bagaimanakah tradisi buwuhan yang terjadi di
masyarakat dilihat dari aspek hukum agama?
Dalam hal ini ulama terjadi perbedaan pendapat:
a. Hadiah, kado atau “buwuhan” statusnya
sebagai Hibah .
b. Hadiah, kado atau “buwuhan” statusnya
sebagai
Hutang .
ﻋِﺒَﺎﺭَﺓُ ﺍﻟﺘُّﺤْﻔَﺔِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳَﺘَّﺠِﻪُ
ﻓِﻲ ﺍﻟﻨُّﻘُﻮْﻁِ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﺎﺩِ ﻓِﻲﺍْﻻَﻓْﺮَﺍﺡِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻫِﺒَﺔٌ ﻭَﻻَ ﺃَﺛَﺮٌ ﻟِﻠْﻌُﺮْﻑِ
ﻓِﻴْﻪِ ﻻِﺿْﻄِﺮَﺍﺭِ ﺑِﻪِﻣَﺎﻟَﻢْ ﻳَﻘُﻞْ ﺧُﺬْﻩُ ﻣَﺜَﻼًَ ﻭَﻳَﻨْﻮِﻯ ﺍﻟْﻘَﺮْﺽَ ﻭَﻳَﺼْﺪِﻕُ
ﻓِﻲ ﻧِﻴَﺔِ ﺫَﻟِﻚَ ﻫُﻮَ ﺃَﻭْﻭَﺍﺭِﺛُﻪُ
ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﺤْﻤِﻞُ ﺇِﻃْﻼَﻕُ ﺟَﻤْﻊٍ ﺃَﻧَّﻪُﻗَﺮْﺽٌ ﺃَﻯْ ﺣُﻜْﻤًﺎ ﺛُﻢَّ ﺭَﺃَﻳْﺖُ
ﺑَﻌْﻀَﻬُﻢْ ﻟِﻤَﺎ ﻧَﻘُﻞْ ﻗَﻮْﻝَﻫَﺆُﻻَﺀِ . ﻭَﻗَﻮْﻝُ ﺍﻟْﺒَﻠْﻘِﻴْﻨِﻰ ﺃَﻧَّﻪُ ﻫِﺒَﺔٌ
ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻳَﺤْﻤِﻞُ ﺍْﻷَﻭَّﻝِﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺍْﻋﺘَﻤَﺪَ ﺍﻟﺮُّﺟُﻮْﻉ ﺑِﻪِﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻰ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﻟَﻢْ
ﻳَﻌْﺘَﺪُّﻗَﺎﻝَ ِﻹِﺧْﺘِﻼَﻓِﻪِ ﺑِﺄَﺣْﻮَﺍﻝِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺍﻟْﺒِﻼَﺩِ ﺇﻫـــ ﻭَﺣَﺎﺻِﻠُﻪُﺃَﻧَّﻪُ
ﻣَﺤَﻠُّﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﻓَﻊَ ﻟِﺼَﺎﺣِﺐِ ﺍﻟْﻔَﺮَﺡِ ﻓِﻲ ﻳَﺪِﻩِ ﻓَﺈِﻥَّ ﺩَﻓْﻊَﻟِﻠِﺨَﺎﺗِﻦِ
ﻓَﻼَﺭُﺟُﻮْﻉَ ﻭَﻓِﻲ ﺣَﺎﺷِﻴَﺔِ ﺍﻟْﺒُﺠَﻴْﺮَﻣِﻰ ﻋَﻠَﻰﺷَﺮْﺡِ ﺍﻟْﻤِﻨْﻬَﺎﺝِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱْ
ﺗَﺤَﺮَّﺭَ ﻣِﻦْ ﻛَﻼَﻡِ ﺍﻟﺮَّﻣْﻠِﻰ ﻭَﺍﺑْﻦِﺣِﺠْﺮِ ﻭَﺣَﻮَﺍﺷِﻴْﻬِﻤَﺎ ﺃَﻧَّﻪُ ﻻَﺭُﺟُﻮْﻉَ
ﻓِﻲ ﺍﻟﻨُّﻘُﻮْﻁِ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﺎﺩِﻓِﻲ ﺍْﻷَﻓْﺮَﺍﺡِ ﺃﻯ ﻻَﻳَﺮْﺟِﻊُ ﺑِﻪِ ﻣَﺎﻟِﻜُﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﻭَﺿَﻌَﻪُ
ﻓِﻲ ﻳَﺪِﺻَﺎﺣِﺐِ ﺍﻟْﻔَﺮَﺡِ ﺃَﻭْﻳَﺪِ ﻣَﺄْﺫُﻭْﻧِﻪِ ﺇِﻻَّ ﺑِﺸُﺮُﻭْﻁٍ ﺛَﻼَﺛَﺔٍﺃَﻥْ َﻳﺄَﺗْﻰِ
ﺑِﻠَﻔْﻆِ ﻛَﺨُﺬْ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻩِ ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻮِﻯ ﺍﻟﺮُّﺟُﻮْﻉَ ﻭَﻳَﺼْﺪِﻕُ ﻫُﻮَ ﺃَﻭْ
ﻭَﺍﺭِﺛُﻪُ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﻌْﺘَﺎﺩَ ﺍﻟﺮُّﺟُﻮْﻉَ ﻓِﻴْﻪِﻭَﺇِﺫَﺍ ﻭَﺿَﻌَﻪُ ﻓِﻲ ﻳَﺪِ ﺍﻟْﻤُﺰَﻳَّﻦِ
ﻭَﻧُﺤُﻮﻩُ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﺎﺳَﺔِﺍﻟْﻤَﻌْﺮُﻭْﻓَﺔِﻻَﻳَﺮْﺟِﻊُ ﺇِﻻَّ ﺑِﺸَﺮْﻃَﻴْﻦِ ﺇِﺫَﻥْ
ﺻَﺎﺣَﺐُ ﺍﻟْﻔَﺮَﺡِﻭَﺷَﺮْﻁِ ﺍﻟﺮُّﺟُﻮْﻉِ ﻛَﻤَﺎ ﺣَﻘَّﻘَّﻪ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﺡ ﻑ ﺇﻫـــ
(ﺍﻋﺎﻧﺔﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ
ﺝ 3 ﺹ 51)
Artinya : adapun ungkapan yang terdapat dalam
kitab tuhfah yaitu : pendapat yang dianggap kuat tentang hadiah perkawinan
(kado/uang) yaitu sebagai hibah (pemberian), keumuman masyarakat menghutangi
dan tidak mengatakan “Ambillah”. Atas dasar( menghutangi atau mengatakan
ambillah) golongan ulama memutlakkan sebagai hutang, kemudian saya melihat
sebagian ulama yang lain seperti Imam Bulqini berpendapat sebagai Hibah
(Pemberian). Dan mereka juga berkata, bisa diarahkan ke hutang apabila adatnya
hadiah dikembalikan lagi, dan diarahkan ke hibah ketika adatnya tidak dikembalikan.
I’anah At-Thalibin, Juz 3 hal 51.
Penjelasan :
Status Hadiah, kado atau “buwuhan” sebagai hibah
bilamana si Pemberi Hadiah, kado atau “buwuhan” tidak berniat untuk menghutangi
kepada penyelenggara walimah.
Status Hadiah, kado atau “buwuhan” sebagai
hutang, bilamana si Pemberi menyerahkan kepada yang di hiasi (Seperti
penganten) atau ditempat yang disediakan dan terjadi adat kebiasaan uang
Hadiah, kado atau “buwuhan” dikembalikan lagi.
ADS HERE !!!