Pernyataan qaul masyhur bahwa pahala bacaan
al-Qur’an tidak sampai kepada orang mati adalah tidak mutlak, itu karena ada
qaul lain dari Imam asy-Syafi’i sendiri yang menyatakan sebaliknya. Yakni
berhubungan dengan kondisi dan hal-hal tertentu, seperti perkataan beliau Imam
Syafi’i :
قال الشافعى : وأحب لو قرئ عند القبر ودعى للميت
“Asy-Syafi’i berkata : aku menyukai sendainya
dibacakan al-Qur’an disamping qubur dan dibacakan do’a untuk mayyit”
Ma’rifatus Sunani wal Atsar [7743]
lil-Imam al-Muhaddits al-Baihaqi.
Juga disebutkan oleh Al-Imam Al-Mawardi, Al-Imam
An-Nawawi, Al-Imam Ibnu ‘Allan dan yang lainnya dalam kitab masing-masing yang
redaksinya sebagai berikut :
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمهُ اللَّه: ويُسْتَحَبُّ أنْ
يُقرَأَ عِنْدَهُ شيءٌ مِنَ القُرآنِ، وَإن خَتَمُوا القُرآن عِنْدهُ كانَ حَسناً
“Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata :
disunnahkan agar membaca sesuatu dari al-Qur’an disisi quburnya, dan apabila
mereka mengkhatamkan al-Qur’a disisi quburnya maka itu bagus”
Lihat : Riyadlush Shalihin [1/295]
lil-Imam an-Nawawi ; Dalilul Falihin [6/426] li-Imam Ibnu 'Allan ; al-Hawi
al-Kabir fiy Fiqh Madzhab asy-Syafi’i (Syarah Mukhtashar Muzanni) [3/26]
lil-Imam al-Mawardi dan lainnya.
Kemudian hal ini dijelaskan oleh ‘Ulama
Syafi’iyah lainnya seperti Syaikhul Islam al-Imam Zakariyya al-Anshari dalam
dalam Fathul Wahab :
أما القراءة فقال النووي في شرح مسلم المشهور من مذهب
الشافعي أنه لا يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابنا يصل وذهب جماعات من العلماء
إلى أنه يصل إليه ثواب جميع العبادات من صلاة وصوم وقراءة وغيرها وما قاله من مشهور
المذهب محمول على ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو ثواب قراءته له أو نواه ولم يدع
بل قال السبكي الذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض القرآن إذا قصد به نفع الميت نفعه
وبين ذلك وقد ذكرته في شرح الروض
“Adapun pembacaan al-Qur’an, Imam an-Nawawi
mengatakan didalam Syarh Muslim, yakni masyhur dari madzhab asy-Syafi’i bahwa
pahala bacaan al-Qur’an tidak sampai kepada mayyit, sedangkan sebagian ashhab
kami menyatakan sampai, dan kelompok-kelompok ‘ulama berpendapat bahwa
sampainya pahala seluruh ibadah kepada mayyit seperti shalat, puasa, pembacaan
al-Qur’an dan yang lainnya. Dan apa yang dikatakan sebagai qaul masyhur dibawa
atas pengertian apabila pembacaannya tidak di hadapan mayyit, tidak meniatkan
pahala bacaannya untuknya atau meniatkannya, dan tidak mendo’akannya bahkan
Imam as-Subkiy berkata ; “yang menunjukkan atas hal itu (sampainya pahala)
adalah hadits berdasarkan istinbath bahwa sebagian al-Qur’an apabila
diqashadkan (ditujukan) dengan bacaannya akan bermanfaat bagi mayyit dan
diantara yang demikian, sungguh telah di tuturkannya didalam syarah
ar-Raudlah”.
Fathul Wahab Bisyarhi Minhajit
Thullab lil-Imam Zakariyya al-Anshari asy-Syafi’i [2/23].
Syaikhul Islam Al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami
didalam al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubraa:
وكلام الشافعي - رضي الله عنه - هذا تأييد للمتأخرين
في حملهم مشهور المذهب على ما إذا لم يكن بحضرة الميت أو لم يدع عقبه
“dan perkataan Imam asy-Syafi’i ini (bacaan
al-Qur’an disamping mayyit/kuburan) memperkuat pernyataan ulama-ulama
Mutaakhkhirin dalam membawa pendapat masyhur diatas pengertian apabila tidak
dihadapan mayyit atau apabila tidak mengiringinya dengan do’a”.
Al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubraa
lil-Imam Ibnu Hajar al-Haitami [2/27].
Begitu juga , dalam Tuhfatul Muhtaj :
قال عنه المصنف في شرح مسلم: إنه مشهور المذهب على ما
إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو القارئ ثواب قراءته له أو نواه ولم يدع له
“Sesungguhnya pendapat masyhur adalah diatas
pengertian apabila pembacaan bukan dihadapan mayyit (hadlirnya mayyit),
pembacanya tidak meniatkan pahala bacaannya untuk mayyit atau meniatkannya, dan
tidak mendo’akannya untuk mayyit”.
Tuhfatul Muhtaj fiy Syarhi al-Minhaj
lil-Imam Ibn Hajar al-Haitami [7/74].
Oleh karena itu Syaikh Sulaiman Al-Jumal didalam
Futuuhat Al-Wahab (Hasyiyatul Jumal) mengatakan pula sebagai berikut :
والتحقيق أن القراءة تنفع الميت بشرط واحد من ثلاثة
أمور إما حضوره عنده أو قصده له، ولو مع بعد أو دعاؤه له، ولو مع بعد أيضا اه
“Dan tahqiq bahwa bacaan al-Qur’an memberikan
manfaat bagi mayyit dengan memenuhi salah satu syarat dari 3 syarat yakni
apabila dibacakan dihadapan (disisi) orang mati, atau apabila di qashadkan
(diniatkan/ditujukan) untuk orang mati walaupun jaraknya jauh, atau mendo’akan
(bacaaannya) untuk orang mati walaupun jaraknya jauh juga. Intahaa”.
Futuhaat al-Wahab li-Syaikh Sulailman
al-Jamal [2/210].
فرع : ثواب القراءة للقارئ ويحصل مثله أيضا للميت لكن
إن كانت بحضرته، أو بنيته أو يجعل ثوابها له بعد فراغها على المعتمد في ذلك .... (قوله:
أما القراءة إلخ) قال م ر: ويصل ثواب القراءة إذا وجد واحد من ثلاثة أمور؛ القراءة
عند قبره والدعاء له عقبها ونيته حصول الثواب له
“(Cabang) pahala bacaan al-Qur’an adalah bagi si
pembaca dan pahalanya itu juga bisa sampai kepada mayyit apabila dibaca
dihadapan orang mati, atau meniatkannya, atau menjadikan pahalanya untuk orang
mati setelah selesai membaca menurut pendapat yang kuat (muktamad) tentang hal
itu,.... Frasa (adapun pembacaan al-Qur’an –sampai akhir-), Imam Ramli berkata
: pahala bacaan al-Qur’an sampai kepada
mayyit apabila telah ada salah satu dari 3 hal : membaca disamping quburnya,
mendo’akan untuknya mengiringi pembacaan al-Qur’an dan meniatkan pahalanya
sampai kepada orang mati.”
Hasy’atul Al-Jamal Lissayyidis
Sulaiman Bin Mansur III-13
Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah:
فالاختيار
أن يقول القارئ بعد فراغه: اللهمّ أوصلْ ثوابَ ما قرأته إلى فلانٍ؛ والله أعلم
“Dan yang dipilih (qaul mukhtar) agar berdo’a
setelah pembacaan al-Qur’an : “ya Allah sampaikan (kepada Fulan) pahala apa
yang telah aku baca”, wallahu a’lam”.
Al-Adzkar Lil-Imam An-Nawawi [293]
والمختار الوصول إذا سأل الله أيصال ثواب قراءته، وينبغى
الجزم به لانه دعاء، فإذا جاز الدعاء للميت بما ليس للداعى، فلان يجوز بما هو له أولى،
ويبقى الامر فيه موقوفا على استجابة الدعاء، وهذا المعنى لا يخص بالقراء بل يجرى في
سائر الاعمال، والظاهر أن الدعاء متفق عليه انه ينفع الميت والحى القريب والبعيد بوصية
وغيرها
“Dan pendapat yang dipilih (qaul mukhtar) adalah
sampai, apabila memohon kepada Allah menyampaikan pahala bacaannya, dan
selayaknya melanggengkan dengan hal ini karena sesungguhnya ini do’a, sebab
apabila boleh berdo’a untuk orang mati dengan perkara yang bukan bagi yang
berdo’a, maka kebolehan dengan hal itu bagi mayyit lebih utama, dan makna pengertian semacam ini tidak hanya
khusus pada pembacaan al-Qur’an saja saja, bahkan juga pada seluruh amal-amal
lainnya, dan faktanya do’a, ulama telah sepakat bahwa itu bermanfaat bagi orang
mati maupun orang hidup, baik dekat maupun jauh, baik dengan wasiat atau tanpa
wasiat”.
Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab Lil-Imam
An-Nawawi Juz:XV-522
Al-Imam Al-Bujairami Didalam Tuhfatul Habib :
قوله: (لأن الدعاء ينفع الميت) والحاصل أنه إذا نوى
ثواب قراءة له أو دعا عقبها بحصول ثوابها له أو قرأ عند قبره حصل له مثل ثواب قراءته
وحصل للقارئ أيضا الثواب
“Frasa : (karena sesungguhnya do’a bermanfaat
bagi mayyit), walhasil sesungguhnya apabila pahala bacaan al-Qur’an diniatkan
untuk mayyit atau di do’akan menyampainya pahala bacaan al-Qur’an kepada mayyit
mengiringi bacaan al-Qur’an atau membaca al-Qur’an disamping qubur niscaya
sampai pahala bacaan al-Qur’an kepada mayyit dan bagi si qari (pembaca) juga
mendapatkan pahala”.
Tuhfatul Habib (Hasyiyah Al-Bujairami
Alaa Al-Khatib) [2/303]
Al-‘Allamah Muhammad az-Zuhri didalam As-Siraaj :
وتنفع الميت صدقة عنه ووقف مثلا ودعاء من وارث وأجنبي
كما ينفعه ما فعله من ذلك في حياته ولا ينفعه غير ذلك من صلاة وقراءة ولكن المتأخرون
على نفع قراءة القرآن وينبغي أن يقول اللهم أوصل ثواب ما قرأناه لفلان بل هذا لا يختص
بالقراءة فكل أعمال الخير يجوز أن يسأل الله أن يجعل مثل ثوابها للميت فان المتصدق
عن الميت لا ينقص من أجره شيء
“Bermanfaat bagi mayyit yakni shadaqah
mengatas namakan mayyit, misalnya waqaf, dan (juga bermanfaat bagi mayyit
yakni) do’a dari ahli warisnya dan orang lain, sebagaimana bermanfaatnya
perkara yang dikerjakannya pada masa hidupnya, namun yang lainnya tidak
memberikan manfaat seperti shalat dan membaca al-Qur’an, akan tetapi ulama
mutakhkhirin menetapkan atas bermanfaatnya pembacaan al-Qur’an, oleh karena itu
sepatutnya berdo’a : “ya Allah sampaikanlah pahala apa yang telah kami baca
kepada Fulan”, bahkan hal semacam ini tidak hanya khusus pembacaan al-Qur’an
saja tetapi seluruh amal-amal kebajikan lainnya juga boleh dengan cara memohon
kepada Allah agar menjadikan pahalanya untuk mayyit, dan sesuangguhnya orang
yang bershadaqah mengatas namakan mayyit pahalanya tidak dikurangi”
As-Sirajul Wahaj ‘Alaa Matni Al-Minhaj
Lil-‘Allamah Muhammad Az-Zuhri [1/344]
Dari beberapa keterangan ulama-ulama Syafi’iyah
diatas maka dapat disimpulkan bahwa Statement Ulama Syafi’iya menyatakan sampainya
pahala, apabila Al-Qur’an dibaca hadapan mayyit termasuk membaca disamping
qubur, juga sampai apabila meniatkan pahalanya untuk orang mati yakni pahalanya
ditujukan untuk orang mati, dan juga sampai apabila mendo’akan bacaan Al-Qur’an
yang telah dibaca agar disampaikan kepada orang yang mati.
Wallohu ‘Alam