Seseorang
itu tiada meninggalkan kebodohan sedikitpun (selalu dalam kebodohan), yaitu seseorang yang menginginkan
terjadinya sesesuatu diluar waktu yang ditampakkan (dikehendaki) oleh Allah SWT
dalam waktu tersebut.
Bodoh ada dua macam, pertama bodoh yang biasa (jāhil
basīth) dan kedua bodoh yang sangat (jāhil murakab), luar biasa
bodohnya. Bodoh yang sangat adalah orang bodoh yang tidak tahu bahwa ia itu
bodoh.
Ibnu Athailah rahimahulLah mengatakan: Orang yang
selalu bodoh, atau tidak berkeinginan meninggalkan kebodohannya adalah
seseorang yang menginginkan yang lain dari keadaan pada waktu yang ia hadapi,
atau dengan bahasa beliau “yang ditampakkan oleh Allah”.
Kebanyakan orang awam menginginkan hal lebih dari segala
keadaan berdasarkan yang terbaik untuk nafsunya. Seperti menginginkan kaya
supaya dapat bersyukur, menginginkan sehat supaya dapat beramal kebaikan, atau
yang lebih parah menginginkan terlihat baik supaya dianggap baik oleh semua
orang. Dari berbagai macam bentuk peng-aplikasi-an seseorang dalam menghadapi waktu
yang dimilikinya manusia digolongkan tiga golongan:
1. Orang yang rendah lagi
hina adalah orang yang menginginkan berbedanya keadaan untuk melakukan sebuah
kemaksiatan, baik disadari atau tidak, gambarannya seperti ingin tampil baik
supaya dianggap baik oleh semua orang.
2.Orang yang baik, yaitu
orang yang menginginkan berbedanya keadaan dengan memohon kepada Allah SWT untuk
melakukan kebaikan yang lain. Seperti orang yang ingin kaya, kemudian berdoa
dan berikhtiyar supaya dapat bersyukur. Dengan demikian berarti orang tersebut
ingin berpindah dari maqam sabar ingin berpindah ke-maqam syukur.
3.
Orang yang sangat
baik, yaitu menerima segala hal keadaan dengan kuatnya husnudzan kepada Allah
SWT.
Firman Allah SWT dalam Hadits Qudsi:
مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ، وَلَمْ
يَصْبِرْ عَلىَ بَلَائِيْ، فَلْيَخْرُجْ مِنْ تَحْتِ سَمَائِيْ وَلْيَتَّخِذْ رَبًّا
سِوَايَ
“Barangsiapa yang tidak ridla dengan ketetapanKu, dan tidak
bersabdar atas ujianKu, maka hendaknya ia keluar dari atap langitKu, dan
carilah Tuhan selain Aku”
Dalam QS Yunus , ayat: 99 difirmankan:
وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ
كُلُّهُمْ جَمِيْعًا، أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ.
“Andai saja Tuhanmu (Muhammad) Menghendaki pastilah beriman orang
yang berada dimuka bumi, keseluruhannya. Wahai Muhammad, apakah engkau membenci
manusia sehingga mereka beriman” (QS. Yunus: 99)
Kawan, alangkah baiknya jika tidak memilih apa yang sudah
dikehendaki Allah SWt. Demikian itu adalah bukti adanya tatakrama seorang
salik, seorang Hamba dihadapan Tuannya. WalLahu a’lam..
ADS HERE !!!