a. Kelahiran dan Keluarga Sayyidina Hamzah Ra.
b. Orang Yang Gagah itu mendapat Hidayah.
c. Sayyidina Hamzah Ra, dalam perang Badar.
d. Pertempuran Terakhir Sayyidina Hamzah Ra.
a. Kelahiran Dan Keluarga Sayyidina Hamzah Ra.
Nama lengkapnya, Hamzah Abu ‘Amaarah bin ‘Abdul
Muthalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaaf al-Quraisy al-Haasyimi, Ibunya bernama
Halah binti Wuhaib bin ‘Abdi Manaf bin Zuhrah. Beliau merupakan paman
Rasulullah SAW, sekaligus saudara sepersusuan, serta kerabat dekatnya dari
jalur ibu. Dilahirkan dua tahun sebelum Rasulullah SAW. Memeluk Islam pada
tahun ke-delapan setelah kenabian.
Umur Hamzah diperkirakan tak terpaut jauh dengan
keponakannya itu. Mereka berdua merupakan teman sepermainan sejak kanak-kanak.
Tak heran jika Hamzah menjadi orang yang paling dekat dan mengenal secara
mendalam kepribadian Muhammad. Keduanya memiliki hubungan yang sangat kuat.
Hamzah lahir diperkirakan hampir bersamaan dengan
Muhammad. Ia merupakan anak dari Abdul-Muththalib dan Haulah binti Wuhaib dari
Bani Zuhrah. Menurut riwayat, pernikahan Abdul-Muththalib dan Abdullah bin
Abdul-Muththalib terjadi bersamaan waktunya, dan ibu dari Nabi, Aminah binti
Wahab, adalah saudara sepupu dari Haulah binti Wuhaib.
Tak heran jika Hamzah menjadi orang yang paling
dekat dan mengenal secara mendalam kepribadian Muhammad. Keduanya memiliki
hubungan yang sangat kuat. Meski demikian, sebagaimana Bani Muttalib lainnya,
Hamzah memang tidak langsung menerima dan memeluk agama yang diwahyukan kepada
Muhammad.
Walaupun dalam lubuk hatinya, ia tak bisa
mengingkari keluhuran budi pembawa risalah tersebut. Meski demikian, ia tak
memperlihatkan rasa tidak suka terhadap dakwah Muhammad, seperti yang dilakukan
orang-orang Quraiys.
Bahkan ia selalu memberikan perlindungan terhadap
diri Nabi Muhammad. Pada saat kaum kafir memperlihatkan kebencian yang kian
meningkat, ia pun meningkatkan perlindungan kepada Muhammad. Beruntung, Hamzah
ditakdirkan menjadi pria perkasa.
b. Orang Yang Gagah itu mendapat Hidayah, dan
Masuk Islam.
Pada suatu hari, Abu Jahal berjalan melewati
Rasulullah Muhammad ketika ia berada di Safa. Pada saat bertemu muka, ia pun
mulai mencaci, memaki dan melampiaskan amarahnya kepada rasul. Meski demikian,
Muhammad tidak menanggapi semua perilaku Abu Jahal.
Usai menumpahkan segala amarahnya, Abu Jahal
bergegas bergabung dalam pertemuan petinggi Quraiys. Tanpa sepengetahuannya,
tindakan Abu Jahal diketahui oleh seorang wanita, budak Jud’an bin Amir. Tak
lama berselang terlihat Hamzah memasuki Makkah dengan busur di bahunya, usai
berburu menuju ke arah Ka’bah. Rekan Abu Jahal melihat itu langsung bergegas
untuk mengingatkan Abu Jahal bahwa Hamzah telah datang dari berburu dan
khawatir akan mendengar perlakuan Abu Jahal terhadap keponakannya.
Menjadi kebiasaan Hamzah, setelah berburu ia
pergi ke Baitullah untuk berthawaf, sebelum ia kembali ke keluarganya.
Hari-hari sebelumnya pabila telah selesai melakukan thawaf dan melewati balai
pertemuan orang Qurays maka ia mengucapkan salam dan ngobrol bersama mereka.
Memang Hamzah adalah anak muda yang disegani di kalangan orang Qurays.
Setelah melihat Hamzah, budak wanita Jud’an bin
Amir menghampirinya dan mengisahkan apa yang dilakukan Abu Jahal kepada
Rasulullah SAW. Maka budak itu berkata mengadu:
قالت له : يا أبا عمارة ، لو رأيت
ما لقي ابن أخيك محمد آنفا من أبي الحكم بن هشام : وجده هاهنا جالسا فآذاه وسبه ، وبلغ
منه ما يكره ، ثم انصرف عنه ولم يكلمه محمد صلى الله عليه وسلم .
“Wahai Abu Umarah (sebutan bagi
Hamzah), seandainya saja engkau tadi melihat apa yang diperbuat oleh Abul Hakam
(sebutan Abu Jahal) terhadap keponakanmu Muhammad! Abu Jahl bertemu beliau di
Shafa kemudian ia mengganggu, mencaci makinya dan melakukan hal-hal yang tidak
beliau sukai. Setelah itu ia pergi dan Muhammad tidak menyahuti omongannya
sedikit pun”.
Amarah menjalar ke seluruh tubuhnya setelah
mendengarkan kisah wanita itu. Bergegas ia mencari Abu Jahal. Ia telah
menetapkan niat untuk menghajar dan memberi pelajaran kepada Abu Jahal. Ketika
Hamzah masuk masjid, ia melihat Abu Jahl sedang duduk bersama orang-orang
Qurays. Hamzah pun berjalan ke arahnya.
Sesampainya di hadapan Abu Jahal, langsung saja
Hamzah memukulkan busurnya ke kepala Abu Jahal. Darah segar pun mengucur. Tak
hanya itu, ia pun memukul tubuh lawannya hingga babak belur dan tersungkur.
Hamzah tetap berdiri gagah di hadapan petinggi Quraiys itu.
Ia berkata: “Apakah Engkau mencaci maki
keponakanku padahal aku seagama dengannya, dan aku berkata seperti yang ia
katakan? Silakan balas jika engkau sanggup!
Melihat kondisi ini beberapa orang dari bani
Makhzum mendekat kepada Hamzah untuk menolong Abu jahal. Namun Abu Jahal
berkata: ” biarkanlah Abu Umarah.” Demi Allah, aku telah menghina keponakannya
dengan penghinaan yang buruk.” Perbuatan yang dilakukan Hamzah ini sekaligus
sebagai pernyataan tentang masuk Islamnya beliau dan mengikuti Rasulullah.
Para petinggi Quraiys saling pandang. Semula
mereka akan menentang Hamzah atas perlakuannya terhadap Abu Jahal. Namun mereka
pun rupanya takut dan akhirnya kembali duduk di masjid. Beberapa saat kemudian
ia menendang debu ke arah muka para petinggi Quraiys itu, dan meninggalkan
tempat itu.
Pembelaan dan pernyataan Hamzah, telah
menyadarkan kafir Quraiys bahwa Hamzah yang gagah berani akan selalu membela
Rosululloh. Tak heran jika kemudian mereka mulai menimbang akibat ketika akan
mengganggu nabi yang mulia itu. Abu Sufyan menyatakan bahwa Muhammad telah
mendapatkan teman yang kuat dan sangat disegani.
Allah memperkuat agamanya dengan masuknya Hamzah
ke dalam Islam. Ia berdiri tegar dan siap membela rasul. Sejak memeluk Islam ia
mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk kemajuan Islam. Sehingga
Rasulullah SAW memberinya gelar Asad Allah wa Asad Rasulih (Singa Allah dan
Rasulnya).
c. Sayyidina Hamzah dalam perang Badar.
Pada saat pasukan Muslim bertemu dengan pasukan
Kafir Quraiys di Perang Badr, Hamzah betul-betul memperlihatkan keberanian dan
kecakapan perang yang luar biasa. Banyak orang kafir Quraiys tumbang di
tangannya. Bahkan ayah Hindun, seorang petinggi Quraiys mati di ujung
pedangnya.
Pada Perang Badr, umat Islam mendapatkan kemenangan
gemilang. Orang-orang kafir mundur dengan teratur. Tak heran jika kekalahan ini
menumbuhkan dendan kesumat di dada mereka. Hamzah pun dianggap memiliki peran
besar dalam kekalahan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq didalam kitab,”
Sirah Ibnu Ishaq” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata
kepadanya “ Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan
bulu bulu itu?”, aku menjawab “Dia adalah Hamzah bin Abdul Muthalib”. Lalu
Umayyah dberkata Dialah yang membuat kekalahan kepada kami”.
Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika
perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang 2 bilah
pedang.
d. Pertempuran Terakhir Sayyidina Hamzah Ra.
Untuk membalas kekalahan, mereka kemudian
terlibat dalam Perang Uhud. Selain nyawa Nabi yang menjadi incaran, Hamzah pun
telah ditetapkan menjadi target sebagai tumbal kekalahan pasukan kafir pada
Perang Badr.
Akhirnya tibalah saatnya perang Uhud di mana kaum
kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk
menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah Rasulullah
dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka memiliki rencana yang keji terhadap
Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam menggunakan tombak
dan organ hatinya akan di ambil dan akan di makan oleh Hindun yang memiliki
dendam sangat membara karena suaminya terbunuh dalam perang Badar.
Washyi bin Harb diberikan tugas yang maha berat
yaitu membunuh Hamzah dan dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu
akan dimerdekakan dari perbudakan.
Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan
terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada di
tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin.. Ia
mulai menyerang ke kiri dan ke kanan. Setiap ada musuh yang berupaya
menghadangnya, pastilah kepalanya akan terpisah dari lehernya.
Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak
serentak ke depan, hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di
pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas bukit
Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana dan tidak
meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang berada di lembah
Uhud, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan pertempuran tersebut.
Di saat mereka sedang asyik memungut harta benda
musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang dan
berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan serangannya dengan gencar
kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut.
Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan
muslim terkejut dan kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin
bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum
Quraisy. Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak-gerik Hamzah, setelah
menebas leher Siba’ bin Abdul Uzza dengan lihai-nya. Maka pada saat itu pula,
Wahsyi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya dari belakang yang
akhirnya mengenai pinggang bagian bawah Hamzah hingga tembus ke bagian muka di
antara dua pahanya. Lalu Ia bangkit dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi,
tetapi tidak berdaya dan akhirnya roboh sebagai syahid.
Ibnu Atsir berkata dalam kitab ‘Usud al Ghabah”,
Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy, sampai pada
suatu saat beliau tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah
baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek perutnya .
lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi
tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.
Usai sudah peperangan, Rasulullah dan para
sahabatnya bersama-sama memeriksa jasad dan tubuh para syuhada yang gugur.
Sejenak beliau berhenti, menyaksikan dan membisu seraya air mata menetes di
kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya bahwa moral bangsa
arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan
kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek
dada Sayyidina Hamzah dan mengambil hatinya.
Kemudian Rasulullah mendekati jasad Hamzah bin
Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya berkata, “Tak pernah aku menderita
sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apapun yang lebih
menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini.”
Allah menurunkan firmannya ,” Dan jika kamu
memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang
lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Qs; an Nahl 126)
Setelah itu Rasulullah dan kaum muslimin
men-shalat-kan jenazah pamannya dan para syuhada lainnya satu per satu. Pertama
Hamzah di-shalat-kan lalu di bawa lagi jasad seorang syahid untuk
di-shalat-kan, sementara jasad Hamzah tetap dibiarkannya tempat semula. Lalu
jenazah itu di angkat, sedangkan jenazah Hamzah tetap di tempat. Kemudian di
bawa jenazah yang ketiga dan dibaringkannya di samping jenazah Hamzah. Lalu
Rasulullah dan para sahabat lainnya men-shalat-kan mayat itu. Demikianlah
Rasulullah men-shalat-kan para syuhada Uhud satu persatu, hingga jika di hitung
maka Rasulullah dan para sahabat telah men-shalat-kan Hamzah sebanyak tujuh
puluh kali.
Ia wafat pada tahun 3 H, dan Rasulullah
Shallallahu alaihi wasalam dengan gelar “Sayyidus Syuhada” (Pemimpin para
Syuhada).