Pertanyaan:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Seorang guru tarekat memberi keterangan bahwa membaca zikir La ilaha illallah
dalam sehari semalam tidak boleh lebih dari 12.000 kali. Kalau melebihi, bisa
berakibat gila. Benarkah hal itu? Lalu bagaimana bila dikaitkan dengan
Hadist,wPerbanyaklah zikir sampai kamu gila?” Demikian pertanyaan inl, atas
jawabannya saya ucapkan terima kasih. Wasalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Saudara Bambang, ada bacaan tertentu yang harus Anda perhatikan. Misalnya,
bacaan kalimat La Ilaha illallah, bacaan Allah, Allah, kalimat yang mengandung
Asma al-Husna, atau wirid yang mengandung ayat Al-Qur’an. Semua itu harus
diperhatikan, karena mengandung asrar atau rahasia karena di dalamnya
mengandung magnet yang tinggi, tergantung besar-kecilnya, sesuai pemberian
Allah (Swt).
Hal itu tidak diketahui oleh semua ulama. Yang
mengerti hanya sebagalan besar kalangan para wall. Saya ambilkan contoh yang
mudah dipahami, misalnya obat-obatan. Dari tablet sampal kapsul, yang mengerti
dosis-dosisnya adalah dokter. Bila si peminum obat mengalami overdosis, pasti
akibatnya kurang baik. Kekuatan zikir lebih dari itu. Bila tubuh dan batinnya
kurang kuat menerima asrar-nya, maka akan timbul perbuatan ganjil atau tidak
pada tempatnya. Terkadang yang mengamalkan tidak merasa. Untuk itu perlu
batasan dalam dosisnya.
Adapun terkait Hadist yang Anda tanyakan, yang
dimaksud sampai gila adalah cinta yang luar biasa. Sebab, bila zikir dibaca
dengan baik, ia mampu menumbuhkan cinta yang amat kuat kepada Allah, juga
tumbuh rasa khawf (takut) bila imannya meluntur atau tipis, yang berakibat
dirinya jauh dari Allah dan Rasul-Nya. Maka gandengan kalimat khawf adalah
raja’ (peng-harapan) yang penuh. Tiada yang bisa diharapkan terkecuali Allah,
baik untuk bersandar, berteduh, berlindung maupun memohon. Yang ditakutkan
adalah matl dalam keadaan su’ul khatimah (akhir kehidupan yang jelek), dan yang
diharapkan yaitu mati dalam keadaan husnul khatimah (akhir kehidupan yang
baik). Selain dan khawf, raja’, ada juga haya’, yang artinya malu kepada Allah.
Dia malu bila berbuat maksiat, malu bila akhlaknya dan budi pekertinya tidak
terpuji kepada Allah, Rasul-Nya, para sahabat, para wali, dan para ulama.
Itulah yang terkandung dalam Hadist tersebut. Jadi bukan gila dalam pengertian
penyakit dan bukan pula gila dalam pengertian meninggalkan syariat atau sunnah,
akhlak dan adab Nabi (saw).
Orang yang gila (tergila-gila) atau gandrung
kepada Allah jauh berbeda dibanding gila karena maksiat. Biasanya orang yang
gandrung dengan pacarnya, akan berpakaian rapi, menggunakan parfum, berbuat apa
saja untuk mendapat simpati dan cintanya. Padahal bila sudah tercapai, orang
yang dicintai dan dinikaihnya itu, tidak bisa menjamin akan selamatdari api
neraka, atau menjadi jaminan masuk surga-Tetapi, kalau kita gandrung dengan
Yang Menciptakan surga, Pastilah kita akan didekatkan dengannya, masuk surga.
Sumber: Majalah Al_Kisah
ADS HERE !!!