وَلَا شَيْءٌ يَدُوْمُ فَكُنْ حَدِيْـــــثاً ۞ جَمِيْلَ الذّكْرِ
فَالدُّنْيَا حَدِيْثُ
Tak ada satu pun
di dunia ini yang kekal. Maka,
ukirlah cerita
indah sebagai kenangan. Karena dunia memang sebuah cerita
أَلَا لِيَقُلْ مَا
شَــاءَ مَنْ شَاءَ إِنّماَ ۞ يُلاَمُ الفَتـــىَ فِيْمَا اسْتَطَاعَ مِنَ اْلأَمْرِ
Ungkapkanlah apa
yang ingin diungkapkan.
(Jangan ragu) pemuda memang selalu dicemooh
lantaran kecakapannya.
ذَرِيْنِيْ أَنَالُ
مَا لَا يُناَلُ مِنَ اْلعُلَى ۞ فَصَعْبُ العُلىَ فِي الصَّعْـــبِ وَالسَّهْلُ
Biarkan aku meraih
kemuliaan yang belum tergapai.
Derajat kemuliaan
itu mengikuti kadar kemudahan dan kesulitannya.
فِي السَّهْلِ
تُرِيْدِيْنَ إِدْرَاكَ المَعَالِي رَخِيْصَةً ۞ فَلَا بُدَّ دُوْنَ الشَّهْدِ مِنْ إِبَرِ النَّحْلِ
Engkau kerap ingin
mendapatkan kemuliaan itu secara murah.
Padahal pengambil
madu harus merasakan sengatan lebah.
سَتُبْدِيْ لَكَ
الأَيَّامُ مَا كُنْتَ جاَهِلاً ۞ وَيَأْتِيْكَ بِاْلأَخْبَارِ مَا لَمْ تُزَوِّدِ
Kelak waktu akan
memperlihatkan dirimu sebagai orang yang bodoh,
dan membawakan
kabar untukmu tentang perbekalan yang kosong.
لَقَدْ غَرَسُوْا
حَتَّى أَكَلْناَ وَإِنَّناَ ۞ لَنَغْرَسُوْا حَتَّى يَأْكُلَ النَّاسُ بَعْدَنَا
Para pendahulu
telah menanam sehingga kita memakan buahnya.
Sekarang kita juga
menanam agar generasi mendatang memakan hasilnya.
إِذَا فَاتَنِيْ
يَوْمٌ وَلَمْ أَصْطَنِعْ يَدًا ۞ وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْماً فَمَاذَاكَ مِنْ عُمْرِيْ
Tatkala waktuku
habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?
Dikutip dan diterjemah ulang dari KH A Wahid Hasyim | Mengapa Saya
Memilih Nahdlatul Ulama, Bandung: Mizan, 2011